Semarang, 20 Juni 2025 — SDGs Center–LPPM Universitas Diponegoro kembali menyelenggarakan Undip Sustainability Talks Seri ke-5, bertepatan dengan pengumuman Tahun Koperasi Internasional 2025 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengusung tema “Koperasi Membangun Dunia yang Lebih Baik”. Webinar nasional bertajuk “Satu Desa, Satu Koperasi: Cetak Biru Koperasi Merah Putih untuk Ekonomi Inklusif” ini menjadi wadah penting untuk mengulas arah kebijakan serta strategi pengembangan koperasi merah putih yang digagas pemerintah, sekaligus membahas tantangan dan sinergi antar-aktor dalam membangun perekonomian desa yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Acara yang digelar secara daring pada Jumat, 20 Juni 2025, pukul 13.30 WIB ini menarik antusiasme tinggi dari berbagai kalangan. Tercatat lebih dari 500 peserta dari kalangan mahasiswa, akademisi, praktisi usaha, NGO, perwakilan koperasi di berbagai daerah, hingga instansi pemerintahan turut ambil bagian dalam diskusi yang sarat akan wawasan dan inspirasi ini.

Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., membuka acara secara resmi dengan menyampaikan pentingnya penguatan koperasi sebagai fondasi ekonomi kerakyatan di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Beliau juga menegaskan komitmen Undip dalam mendorong pembangunan inklusif melalui penguatan riset, inovasi, dan kolaborasi multi-pihak.

Keynote speech disampaikan langsung oleh Menteri Koperasi Republik Indonesia, Budi Arie Setiadi, S.Sos., M.Si., yang memaparkan materi bertajuk “Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih”. Dalam paparannya, Menteri Budi menekankan bahwa koperasi bukan sekadar badan usaha, tetapi merupakan gerakan sosial ekonomi yang mampu memperkuat ketahanan desa dan menciptakan pemerataan kesejahteraan. Kontribusi koperasi bagi perekonomian Indonesia telah mengalami peningkatan pada tahun 2024, sebagai bukti bahwa kualitas kelembagaan dan kinerja usaha koperasi semakin membaik. Arah kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2025 mendukung Prioritas Nasional 3, yang meliputi pengembangan infrastruktur, peningkatan lapangan kerja, mendorong kewirausahaan, pengembangan industri kreatif, serta agromaritim industri melalui peran aktif koperasi

Sesi panel diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari Panel Barus, Deputi Pengembangan Usaha Koperasi, yang diwakili oleh Roysepta Abimanyu selaku Tenaga Ahli Menteri Koperasi RI. Ia mengangkat tema “Peran Strategis Koperasi Merah Putih dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan”, serta menjelaskan peran koperasi sebagai instrumen penguat ekosistem usaha lokal dan katalisator ekonomi desa yang tangguh. Konsep Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih digagas sebagai skema percontohan (mock-up/piloting) dengan fokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem di pedesaan, di mana 13,58 juta dari 25,22 juta penduduk miskin Indonesia pada tahun 2024 berada di pedesaan. Mayoritas kepala rumah tangga miskin ekstrem (53,6%) bekerja di sektor pertanian dan 59,54% di sektor informal. Koperasi Merah Putih ini akan berfokus pada enam jenis gerai usaha: sembako, apotek, klinik desa, gudang, logistik, dan unit simpan pinjam. Skema percontohan ini melibatkan pemetaan potensi oleh pemerintah daerah, penyusunan proposal bisnis oleh koperasi, rekomendasi dari gubernur, nominasi oleh Menteri Koperasi, hingga penetapan pembiayaan oleh LPDB berdasarkan kelayakan usaha.

Diskusi semakin diperkaya dengan paparan Firdaus Putra, HC., Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI), yang mempresentasikan topik “Merasionalisasikan Koperasi Merah Putih: Melakukan Inversi dan Memperbesar Visi”. Firdaus Putra menjelaskan bahwa Koperasi Merah Putih merupakan jenis koperasi baru yang dibentuk berdasarkan Instruksi Presiden, dengan lokus di desa/kelurahan dan wilayah keanggotaan yang terkunci. Selain enam gerai usaha utama (sembako, apotek, klinik desa, gudang, logistik, dan unit simpan pinjam), terdapat potensi pengembangan usaha lain sesuai potensi desa, seperti persewaan alat pertanian, peternakan, pengolahan pangan lokal, desa wisata, serta pengelolaan sampah dan hasil hutan.

Sementara itu, Prof. Didik J. Rachbini, MSc, Ph.D., ekonom senior dari INDEF, turut memberikan pandangan kritis melalui materinya yang berjudul “Reformulasi Model Bisnis Koperasi: Antara Idealisme dan Daya Saing Pasar”. Beliau menekankan pentingnya adaptasi model koperasi terhadap dinamika ekonomi pasar tanpa mengorbankan nilai-nilai ideologis koperasi. Reformulasi ini juga bertujuan untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat peran koperasi dalam ekonomi domestik. Koperasi, sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha, berperan serta mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun demikian, kontribusi koperasi dalam perekonomian nasional masih sangat minim dan terbatas.

Selama acara berlangsung, diskusi dipandu dengan hangat dan dinamis oleh moderator Prof. Bulan Prabawani, S.Sos., M.M., Ph.D., Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNDIP sekaligus Expert SDGs Center UNDIP.

Sebagai penutup, Ketua SDGs Center UNDIP, Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S.T., M.Si., secara simbolis menyerahkan e-sertifikat kepada para narasumber dan moderator sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka dalam memperkaya diskusi dan menyuarakan pentingnya koperasi sebagai pilar ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

Webinar ini kembali menegaskan peran strategis akademisi dalam menghubungkan kebijakan, riset, dan implementasi nyata di masyarakat, sekaligus memperkuat semangat kolaborasi lintas sektor demi tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal pemberdayaan ekonomi lokal.

en_USEnglish